Psikolog sebut perceraian jadi penyebab fenomena fatherless
Psikolog sebut perceraian jadi penyebab fenomena fatherless
Fenomena fatherless atau anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah semakin menjadi perhatian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kehadiran ayah dalam kehidupan anak sangat penting untuk perkembangan mereka. Namun, apa sebenarnya penyebab fenomena fatherless ini?
Menurut para psikolog, salah satu penyebab utama fenomena fatherless adalah perceraian. Perceraian merupakan momen yang paling sulit bagi anak-anak, karena mereka harus menghadapi realitas bahwa orang tua mereka tidak lagi hidup bersama. Dalam situasi perceraian, seringkali ayah menjadi sosok yang sulit dijangkau oleh anak-anak, baik karena jarak fisik maupun karena konflik yang terjadi antara orang tua.
Para psikolog juga menekankan pentingnya peran ayah dalam perkembangan anak. Ayah tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai sosok yang memberikan perlindungan, dukungan, dan kasih sayang kepada anak-anak. Kehadiran ayah juga membantu anak-anak dalam membangun identitas dan harga diri mereka.
Namun, dalam situasi perceraian, kehadiran ayah seringkali terganggu atau bahkan hilang sama sekali. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami berbagai masalah, seperti rendahnya harga diri, kesulitan dalam membangun hubungan sosial, dan gangguan emosi.
Untuk itu, penting bagi orang tua yang akan bercerai untuk tetap mempertimbangkan kepentingan anak-anak. Memberikan dukungan dan kasih sayang kepada anak-anak, serta mencari cara untuk tetap melibatkan ayah dalam kehidupan mereka, bisa menjadi solusi untuk mengurangi fenomena fatherless ini.
Dengan demikian, para psikolog menekankan pentingnya peran orang tua dalam membimbing dan mendampingi anak-anak, terutama dalam situasi perceraian. Kehadiran ayah dalam kehidupan anak sangat penting, dan harus terus dijaga meskipun ada konflik di antara orang tua. Semoga dengan kesadaran dan upaya bersama, fenomena fatherless dapat diminimalisir dan anak-anak dapat tumbuh dengan baik dan sehat secara emosional.